Ungkapanini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. PELAJARI: Latar Belakang Perjanjian Tordesillas.
1. Pengertian Filsafat Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata philos yang berarti cinta atau suka, dan sophia berarti pengetahuan atau kebenaran. Maka philosophia adalah cinta pada pengetahuan/kebijakan/kebenaran. Sehingga kajian dari filsafat adalah alam pikiran atau alam berpikir untuk menggali kebenaran atau menggali hakekat sesuatu. Definisi yang lebih lengkap dari filsafat adalah ilmu tentang prinsip, ilmu yang mempelajari dengan mempertanyakan secara radikal segala ralitas melalui sebab-sebab terakhir, melalui asas-asasnya guna memperoleh pandangan insight yang tepat mengenai realitas W. Poespoprodjo, 1999. Definisi lain menyatakan bahwa berfilsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat berusaha merenungkan dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang pelik dari pengalaman umat manusia. Dengan kata lain filsafat sampai kepada merangkum sinopsis tentang pokok-pokok yang ditelaahnya Uyoh Sadulloh, 2009. Dari definisi-definisi di atas, dapatlah diterapkan kriteria-kriteria berikut terhadap berpikir secara filsafat 1. Menyeluruh Kaitan komponen dalam suatu cabang ilmu, bahkan dengan pengetahuan lain, ditelaah secara mendalam, sehingga semakin mendalam dan meluas pemahaman seseorang terhadap suatu fenomena, maka semakin banyak pertanyaan memerlukan jawaban. Socrates berkata, âYang saya tahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa.â 2. Fundamental Berpikir filsafat adalah berpikir secara fundamental mendasar sampai ke akar permasalahan radix. Proses ini mempertanyakan tentang mengapa ilmu disebut benar? Apa kriteria benar? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu, benar sendiri apa? Socrates mengemukakan bahwa tugas filsafat bukanlah menjawab pertanyaan kita, namun mempersoalkan jawaban yang diberikan oleh kita. 3. Spekulatif Spekulatif menelusuri sebuah lingkaran harus dimulai ari sebuah titik, tetapi titik mana? Filsafat harus menentukan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak dapat diandalkan. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Jadi, filsafat adalah dasar dari semua pengetahuan yang mempersoalkan cara-cara mengetahui dan mengembangangkan pemikiran yang mencakup apa yang diketahui ontologi, bagaimana cara mengetahui epistemologi, dan apa manfaat dari yang diketahui aksiologi. 2. Lapangan Filsafat Immanuel Kant mengajukan empat pokok pertanyaan yang harus dijawab oleh filsafat, yaitu 1. Apa yang boleh saya harapkan? 2. Apa yang dapat saya ketahui? 3. Apa yang harus saya perbuat? 4. Apakah manusia itu? Pertanyaan pertama dapat dijawab oleh metafisika, pertanyaan kedua dijawab oleh epistemologi, pertanyaan ketiga dijawab oleh etika, dan pertanyaan keempat dijawab oleh filsafat antropologi. Sidi Gazalba 1973 dalam Uyoh Sadulloh 2009 mengemukakan bidang permasalahan filsafat terdiri atas 1. Metafisika, dengan pokok-pokok masalah filsafat hakikat atau ontologi, filsafat alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce. 2. Teori pengetahuan, yang mempersoalkan hakikat pengetahuan, dari mana asal atau sumber pengetahuan, bagamana membentuk pengetahuan yang tepat dan yang benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar, mungkinkah manusia mencapai pengetahuan yang bendar dan apakah dapat diketahui manusia, serta sampai di mana batas pengetahuan manusia. 3. Filsafat nilai, yang membicarakan hakikat nilai, di mana letak nilai, apakah pada bendanya, atau pada perbuatannya, atau pada manusia yang menilainya, mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapakah yang menentukan nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan penilaian. Selanjutnya Butler 1957 mengemukakan beberapa yang dibahas dalam filsafat, yaitu 1. Metafisika, membahas teologi, kosmologi, dan antropologi. 2. Epistemologi, membahas hakikat pengetahuan, sumber pengetahuan, dan metode pengetahuan. 3. Aksiologi, membahas etika dan estetika. Alat-alat yang digunakan dalam merumuskan dan mengklarifikasikan filsafat pendidikan, adalah berkaitan dengan lapangan filsafat yang menjadi perhatian sentral bagi guru metafisika, epistemologi, aksiologi, etika, estetika, dan logika. Masing-masing dari bidang ini memfokuskan pada salah satu pertanyaan yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan Apakah hakekat dari realitas? Apakah hakekat dari pengetahuan dan apakah kebenaran dapat dicapai? Menurut nilai-nilai apakah seharusnya seseorang itu tinggal dalam kehidupan? Apakah yang baik dan apakah yang buruk? Apakah hakikat dari kecantikan dan pengalaman? Dan akhirnya apakah proses-proses nalar memberikan hasil-hasil yang valid secara konsisten? 3. Makna Pendidikan Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungn sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkugan masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan inteligen, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Dari pengertian di atas ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang dilaksanakan Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya sampai tutup usia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat adalah, bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia. Pemerintah, masyarakat, harus berusaha semaksimal mungkin agar pendidikan mencapai tujuan yang ditetapkan. Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan karena dengan pendidikan manusia akan memiliki suatu kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seluruhnya. Pendidikan pada dasarnya suatu hal yang tidak dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang tidak boleh tidak terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik. Dari tiga prinsip di atas, tersirat pesan bahwa pendidikan merupakan proses transformasi nilai dari generasi ke generasi berikutnya. Proses transformasi nilai ini dilakukan melalui kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Maka, dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tersebut harus berjalan secara terpadu dan berkelanjutan serta serasi dengan perkembangan peserta didik dan lingkungan hidupnya. Nilai-nilai yang akan kita transformasikan tersebut mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai sains dan teknologi, nilai-nilai seni, dan nilai keterampilan. Nilai-nilai yang ditransformasikan tersebut dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat. Maka, di sini pendidikan akan berlangsung dalam kehidupan. 4. Filsafat Pendidikan Filsafat, selain memiliki lapangan tersendiri, ia memikirkan asumsi fundamental cabang-cabang pengetahuan lainnya. Apabila filsafat berpalilng perhatiannya pada sains, maka akanlahir filsafat sains. Apabila filsafat menguji konsep dasar hukum, maka akan lahir filsafat hukum. Dan, apabila filsafat berhadapan dan memikirkan pendidikan, maka akan lahirlah filsafat pendidikan. Al-Syaibany 1979 dalam Uyoh Sadulloh 2009 menyatakan bahwa filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat formal atau filsafat umum. Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan merupakan karakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti a Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya; b Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima pendidikan; c Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses sosial; d Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapainya. Selanjutnya al-Syaibany 1979 mengemukakan bahwa terdapat beberapa tugas yang diharapkan dilakukan oleh seorang filsuf pendidikan, di antaranya a Merancang dengan bijak dan arif untuk menjadikan proses dan usaha-usaha pendidikan pada suatu bangsa; b Menyiapkan generasi muda dan warga negara umumnya agar beriman kepada Tuhan dengan segala aspeknya; c Menunjukkan peranannya dalam mengubah masyarakat, dan mengubah cara-cara hidup mereka ke arah yang lebih baik; d Mendidik akhlak, perasaan seni, dan keindahan pada masyarakat dan menumbuhkan pada diri mereka sikap menghormati kebenaran, dan cara-cara mencapai kebenaran tersebut. Filsuf pendidikan harus memiliki pikiran yang benar, jelas, dan menyeluruh tentang wujud dan segala aspek yang berkaitan dengan ketuhanan, kemansiaan, pengetahuan kealaman, dan pengetahuan sosial. Filsuf pendidikan harus pula mampu memahami nilai-nilai kemanusiaan yang terpancar pada nilai-nilai kebaikan, keindahan, dan kebenaran. Keneller 1971 menyebutkan filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsamat dalam lapangan pendidikan. Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan dapat dikatakan spekulatif, preskriptif, dan analitik. Filsafat pendidikan dikatakan spekulatif karena berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia, yang sangat bermanfaat dalam menafsirkan data-data sebagai hasil penelitian sains yang berbeda. Filsafat dikatakan preskriptif apabila filsafat pendidikan menentukan tujuan-tujuan yang harus diikuti dan dicapainya, dan menentukan cara-cara yang tepat dan benar untuk digunakan dalam mencapai tujuan tersebut. Pendidikan yang bedasarkan pada falsafah Pancasila yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 adalah preskriptif. Karena, secara tersurat menentukan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Pendidikan yang berdasarkan Pancasila juga menentukan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, dengan melalui jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, dilengkapi pula dengan aturan-aturan yang berkaitan dengan pelaksanaannya. Filsafat pendidikan dikatakan analitik, apabila filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan preskriptif. Misalnya menguji rasionalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan pendidikan, dan menguji bagaimana konsistensinya dengan gagasan lain. Misalnya kita memperkenalkan konsep Cara Belajar Siswa Aktif. Kita kaji konsep tersebut dengan menganalisis dari sudut pandang falsafah Pancasila. Filsafat pendidikan analitik menguji secara logis konsep-konsep pendidikan, seperti apa yang dimaksud dengan Pendidikan Dasar 9 Tahun, Pendidikan Akademik, Pendidikan Seumur Hidup, dan sebagainya. 5. Pentingnya Filsafat Pendidikan Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, di mana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan membutuhkan filsafat. Mengapa pendidikan membutuhkan filsafat? Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan yang faktual, tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Seorang guru, baik sebagai pribadi maupn sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat dan filsafat pendidikan karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan tidak dapat dimengerti sepenuhnya tanpa mengetahui tujuan akhirnya. Tujuan akhir pendidikan perlu dipahami dalam kerangka hubungannya dengan tujuan hidup tersebut, baik tujuan individu maupun tujuan kelompok. Guru sebagai pribadi, memiliki tujuan dan pandangan hidupnya. Guru sebagai warga masyarakat atau warga negara memiliki tujuan hidup bersama. Hubungan filsafat dengan pendidikan dapat kita ketahui, bahwa filsafat akan menelaah suatu realitas dengan lebih luas, sesuai dengan ciri berpikir filsafat, yaitu radikal, sistematis, dan universal. Konsep tentang dunia dan pandangan tentang tujuan hidup tersebut akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan pendidikan. Filsafat pendidikan harus dapat menjawab empat pertanyaan pendidikan secara menyeluruh, yaitu 1 Apakah pendidikan itu? 2 Mengapa manusia harus melaksanakan pendidikan? 3 Apakah yang seharusnya dicapai oleh pendidikan? 4 Dengan cara bagaimana cita-cita pendidikan yang tersurat maupun yang tersirat dapat dicapai? Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan pada banyak permasalahan pendidikan. Lima tujuan filsafat pendidikan dapat mengklarifikasi bagaimana dapat berkontribusi pada pemecahan-pemecahan tersebut a. Filsafat pendidikan terkait dengan peletakan suatu perencanaan, apa yang dianggap sebagai pendidikan terbaik secara mutlak. b. Filsafat pendidikan berusaha memberikan arah dengan merujuk pada macam pendidikan yang terbaik dalam suatu konteks politik, sosial, dan ekonomi. c. Filsafat pendidikan dipenuhi dengankoreksi pelanggaran-pelanggaran prinsip dan kebijakan pendidikan. d. Filsafat pendidikan memusatkan perhatian pada isu-isu dalam kebijakan dan praktek pendidikan yang mensyaratkan resolusi, baik dengan penelitian empiris ataupun pemeriksaan ulang rasional. e. Filsafat pendidikan melaksanakan suatu inkuiri dalam keseluruhan urusan pendidikan dengan suatu pandangan terhadap penilaian, pembenaran, dan pembaharuan sekumpulan pengalaman yang penting untuk pembelajaran. Terdapat suatu hubungan yang kuat antara perilaku seorang guru dengan keyakinannya mengenai pengajaran danpembelajaran, siswa, pengetahuan, dan apa yang bermanfaat untuk diketahui. Terlepas di mana seseorang berdiri berkenaan dengan kelima dimensi pengajaran tersebut, guru harus tahu perlunya merefleksikan secara berkelanjutan pada apa yang ia sangat yakini dan kenapa ia meyakininya. Dari uraian di atas terlihat bahwa peranan guru yang strategis, karena di tangannya terletak nasib generasi penerus, mengharuskan para guru memahami hakikat nilai, etika, estetika, sains, teologi, alam kosmos, pendidikan, dan hakikat anak didik. Pemahaman terhadap lapangan filsafat memberikan panduan dan dapat menumbuhkan keyakinan terhadap misi pendidikan yang diembannya sehingga tercipta perilaku mengajar yang lebih bermakna dan lebih bermanfaat bagi peserta didik. DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul Hakim, Filsafat Ilmu dan Hakekat Penelitian, Materi Kuliah Umum di Universitas Pakuan Bogor pada tanggal 26 September 2010. Materi Pokok Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Pakuan, 2010. Poespoprodjo, W., Logika Scientifika, Pengantar Dialektika dan Ilmu, Pustaka Grafika, Bandung, 1999. Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2009. Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Mengenailatar belakang lahirnya gerakan feminisme adalah ketika pada waktu itu setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya. filsafat ilmu kedoteran, filsafat pendidikan dan sebagainya. Akhirnya yang pokok dari semua Makalah Filsafat Pendidikan Pada kesempatan kali ini penulis akan membagikan makalah filsafat pendidikan, yang mana di dalam membahas tentang pengertian filsafat, filsafat pendidikan, hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan, manfaat belajar filsafat pendidikan dan ruang ruang lingkup filsafat pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam dunia pendidikan, berfilsafat adalah suatu hal yang penting, karena dengan berfilsafat dunia pendidikan akan mengetahi hakikat dari makna, tujuan, metode, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan itu sendiri. Arti penting dari berfilsafat itu sendiri adalah agar tujuan-tujuan yang telah diketahui dan ditetapkan dapat tercapai. Sebagaimana Ali Khalil Abu Ainaini merumuskan pengertian filsafat pendidikan yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis dalam âbukunya Filsafat Pendidikan Islamâ bahwa filsafat pendidikan itu sebagai âkegiatan-kegiatan pemikiran yang ssistematis, diambil dari sistem filsafat sebagai cara untuk mengatur dan menerangkan nilai-niai tujuan pendidikan yang akan dicapai direalisasikan.[1] Dari uraian di atas, maka akan memunculkan sebuah pertanya; terus apa pengertian dari filsafat, pendidikan, dan Islam itu sendiri? Oleh sebab itu, di dalam makalah ini penulis ingin membahas, mengkaji, dan menganalisis tentang Filsafat Pendidikan Islam. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut Apa yang dimaksud dengan filsafat dan filsafat pendidikan? Bagaimana hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan? Apa manfaat dari belajar filsafat? Apa saja ruang lingkup dari filsafat pendidikan? C. Tujuan Masalah Sesuai dengan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut Untuk mengetahui pengertian dari filsafat, filsafat pendidikan, dan filsafat pendidikan Islam. Untuk mengetahui hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan? Untuk mengetahui manfaat belajar filsafat. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan. BAB II PEMBAHASAN A. Filsafat Pendidikan Secara etimologi Filsafat pendidikan itu mengandung dua pengertian yang berbeda, yaitu 1 Filsafat, dan 2 Filsafat Pendidikan. Agar kedua dari pengertian tersebut dapat tergambarkan dan dipahami secara menyeluruh, maka penulis akan menguraikan ketiga pengertian tersebut di bawah ini. Pengertian Filsafat Ramayulis di dalam bukunya âFilsafat Pendidikan Islamâ yang mengutip dari Imam Barnadib mengatakan, bahwa dalam segi bahasa kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philar dan sophia. Philar adalah berarti cinta dan Sophia berarti kebenaran atau kebaajikan. Jadi, kata filsafat berarti cinta akan kebenaran atau kebajikan.[2] Selain itu, Muzayyin Arifin di dalam bukunya âFilsafat Pendidikan Islamâ menjelaskan, bahwa secara harfiah, filsafat berarti âcinta kepada ilmuâ. Filsafat berasal dari kata Philo yang artinya cinta dan Sophos artinya ilmu/hikmah.[3] Jadi dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa setiap manusia yang mencintai suatu ilmu/hikmah yang mana dengan ilmu tersebut dia mencari suatu kebenaran dengan mendalam dan tanpa batas maka disebut dengan filsuf. Dan filsafat ini merupakan ilmu pertama yang diamalkan untuk menemukan suatu kebenaran atau sebuah rumusan dari segala ilmu penegtahuan. Sebagaimana Muzayyin di dalam bukunya yang sama menjelaskan, bahwa secara historis, filsafat menjadi induk segala ilmu pengetahuan yang berkembang sejak zaman Yunani kuno sampai zaman modern sekarang.[4] Sedangkan secara istilah makna dari filsafat dapat dirumuskan suatu kegiatan berpikir secara mendalam dan bebas, agar hakikat dari kebenaran yang dicari dapat ditemukan. Hal ini sesuai dengan yang dikutip Ramayulis di dalam bukunya dari beberapa ilmuan; pertama, Muhtar Yahya mengatakan bahwa âberpikir filsafat adalah pemikiran yang sedalam-dalamnya yang bebas dan teliti yang bertujuan hanya mencari hakikat kebenaran tentang alam semesta, alam manusia, dan dibalik alamâ. Kedua, Soegardo Poerbakwatja juga mengatakan, bahwa âfilsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab musabab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan fikiran belakaâ. Ketiga, sementara Imam Barnadib menyatakan bahwa âfilsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami segala hal yang timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusiaâ.[5] Dengan demikian, dari beberapa pengertian tersebut diharapkan manusia dapat memahami, mengerti, dan mempunyai pandangan yang menyeluruh, mendalam, dan sistematis mengenai dirinya sendiri sebagai manusia, sekitarnya sebagai lingkungan, dan penciptanya sebagai Tuhan. Pandangan yang mendalam, menyeluruh, dan sistematis ini menghendaki manusia untuk selalu mempunyai daya pikir yang sadar, mendalam, teliti, dan teratur ketika berfilsafat. Hal ini sesuai dengan yang dirumuskan Ramayulis, bahwa berfilsafat adalah berpikir rasional, spekulatif, sistematis, radikal, dan universal.[6] Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami, bahwa filsafat adalah suatu kegiatan berpikir secara mendalam dan menyeluruh dengan disertai tindakan sadar, teliti, dan teratur agar hakikat dari sebuah kebenaran dapat ditemukan. Pengertian Filsafat Pendidikan Pendidik yang peduli terhadap anak didiknya pasti akan memikirkan pendidikannya, karena seorang pendidik pasti menginginkan anak didiknya menjadi pintar, lulus, dan sukses dalam menggapai cita-citanya. Di dalam dunia pendidikan hal yang harus dan pasti dipikirkan dan dibahas oleh seorang pendidik adalah hakikat, latar belakang, tujuan, metode, evalusai, dan segala susuatu yang berkaitan dengan pendidikan. Di dalam memikirkan dan membahas segala hal yang berkaitan dengan pendidikan itulah disebut dengan filsafat pendidikan. Sebagaimana Redja Mudyahardjo di dalam bukunya âFilsafat Ilmu Pendidikanâ mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya.[7] Menurut John Dewey yang dikutip oleh Jalaluddin dan Abdullah di dalam bukunya âFilsafat Pendidikanâ mengatakan, bahwa filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir intelektual maupun daya perasaan emosional, menuju ke arah tabiâat manusia, maka filsafat bisa juga diartikan sebagai teori umum pendidikan.[8] Sedangkan Jalaluddin dan Abdulah Idi di dalam bukunya âFilsafat Pendidikanâ yang mengutip dari Asy-Syaibani menjelaskan, bahwa filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan.[9] Artinya dengan berfilsafat diharapkan persoalan-persoalan yang terdapat di dalam pendidikan dapat terpecahkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muzayyin Arifin, bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan.[10] Selain itu, Anas Salahudin di dalam bukunya Filsafat Pendidikan juga merumuskan beberapa pengertian dari filsafat pendidikan, di antaranya yaitu; Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara komprehensif dan kontemplatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan, fungsi, dan tujuan pendidikan. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan teori-teori pendidikan. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Filsafat pendidikan mengkaji berbagai teori kependidikan, metode, dan pendekatan daam pendidikan. Filsafat pendidikan mengkaji strategi pembelajaran alternatif. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat tentang kurikulum pendidikan. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat evaluasi pendidikan dan evaluasi pembelajaran. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat alat-alat dan media pembelajaran.[11] Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan adalah suatu kegiatan berpikir kritis, bebas, teliti, dan teratur tentang masalah-masalah yang terdapat di dalam dunia pendidikan agar masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Baca juga Makalah Pembelajaran Tematik B. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan Hasan Langgulung di dalam bukunya asas-asas pendidikan Islam mengutip dari John Dewey menjelaskan, bahwa filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari semua pemikiran umum mengenai pendidikan. Dalam kaitanya dengan ini Hasan Langgulung berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang kemudiaan disebut dengan pendidikan.[12] Sedangkan John S. Brubachen, seorang guru besar filsafat asal Amerika mengatakan, bahwa hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubunga tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara bersama.[13] Selanjutnya Noor Syam di dalamnya bukunya Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila mengutip dari Kilpatrik menjelaskan bahwa berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha, berfilsafat ialah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah uasaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu di dalam kehidupan dalam kepribadian manusia.[14] Selain itu Jalaluddin dan Said di dalam bukunya âFilsafat Pendidikan Islamâ mengutip dari Prof. DR. Oemar Muhammad At-Toumy Asy-Syaibani secara rinci menjelaskan, bahwa filsafat pendidikan merupakan usaha mencari konsep-konsep di antara gejala yang bermacam-macam, yang meliputi; Proses pendidikan sebagai rancangan terpadu dan menyeluruh. Menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang semua istilah pendidikan. Pokok-pokok yang menjadi dasar dari konsep pendidikan dalam kaitannya dengan bidang kehidupan manusia.[15] Dari sini dapat kita pahami bahwa filsafat dan filsafat penddikan merupakan dua istilah yang berbeda tetapi sangat berhubungan antara satu dengan yang lain, karena pendidikan merupakan realisasi dari filsafat. Dalam kaitanya hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan ini Jalaluddin dan Said menjelaskan, bahwa hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuanyang ingin dicapai. Jadi terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendididkan, dan pengalaman manusia.[16] Dari beberapa Uraian di atas dapat kita tarik suatu kesimpulan, bahwa hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan itu sangat erat sekali dan tak bisa dipisahkan, karena filsafat memberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, pengembangan, dan meningkatkan kemajuan dan landasan yang kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan yang diharapkan. C. Manfaat Belajar Filsafat Pendidikan Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di lembaga pendidikan tenaga keguruan dituntut untuk memikirkan masalah-masalah hakiki terkait pendidikan. Dengan begitu, pemikiran mahasiswa menjadi lebih terasah terhadap persoalan-persoalan pendidikan baik dalam lingkup mikro maupun makro. Hal ini menjadikan mahasiswa lebih kritis dalam memandang persoalan pendidikan. Di samping itu, mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalah- masalah hakiki pendidikan akan memperluas cakrawala berpikir mereka, sehingga dapat lebih arif dalam memahami problem pendidikan. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pendidik atau tenaga kependidikan, sudah sewajarnya bila mereka dituntut untuk berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir teknis di dalam memecahkan problem-problem dasar kependidikan, yaitu dengan menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial yang melekat padanya.[17] D. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Jalaluddin dan Saâid di dalam bukunya mengutip dari Tim Dosen IKIP Malang menjelaskan, bahwa Secara makro umum apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya adalah juga merupakan obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi seara mikro khusus yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi; Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan The Nature Of Education. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan The Nature Of Man. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan kebudayaan. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan. Merumuskan hubungan antara negara ideologi, filsafat pendidikan, dan politik pendidikan sistem pendidikan. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pedidikan.[18] Berbeda dengan yang di atas, Drs. Anas Salahudin, di dalam bukunya âFilsafat Pendidikanâ merumuskan, bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebagai berikut; Pendidik Murid atau anak didik Materi pendidikan Perbuatan mendidik Metode pendidikan Evaluasi pendidikan Tujuan pendidikan Alat-alat pendidikan Dan lingkungan pendidikan.[19] Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan satu persatu. Para pendidik adalah guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siapa saja yang memfungsikan dirinya untuk mendidik. siapa saja dapat menjadi pendidik dan melakukan upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik haruslah orang yang patut diteladani. Dan pendidik itu harus membina, mengarahkan, menuntun, dan mengembangkan minat, serta bakat anak didik, agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik.[20] Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan pendidikan. Pendidik mempunyai peran penting dalam berlngsungnya pendidikan. baik atau tidaknya pendidikan berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan. Para pendidik memikul tanggung jawab yang berat untuk memaajukan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, negara bertanggungjawab untuk meningkatkan kinerja para pendidik melalui berbagai peningkatan. Misalnya, peningkatan kesejahteraan para pendidik, menaikkan tunjangan fungsional para pendidik, membantu dana pendidikan lanjutan hingga meraih gelar doktor, dan memberikan beasiswa untuk berbagai penelitian.[21] Anak Didik secara filosofis merupakan objek para pendidikan dalam melakukan tindakan yang bersifat medidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia anak didik, kondisi ekonomi keluarga, minat dan bakat anak didik, serta tingkat intelegensinya, itu membuat seorang pendidik mengutamakan fleksibilitas dalam mendidik. Anak didik merupakan subjek pendidika, yaitu orang yang menjalankan dan mengamalkan materi pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Agar pendidikan dapat berhasil dengan sebaik-baiknya, maka jalan pendidikan yang ditempuh harus sesuaai dengan perkembangan psikologis anak didik.[22] Materi Pendidikan, yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa dengan susunan yang lazim dan logis untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.[23] Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya disebut dengan tahzib. Mendidik artinya meningkatkan pemahaman anak didik tentang kehidupan, medalami pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata dan sebagai pandangan hidup.[24] Metode pendidikan, yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh dunia pendidikan pada saat menyampaikan materi pendidikan kepada anak didik. metode berfungsi mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan, agar materi pendidikan tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.[25] Evaluasi dan Tujuan Pendidikan. Evaluasi yaitusistem penilaian yang diterapkan kepada peserta didik, untuk mengetahui keberhasilan pendidikan yang dilaksanakannya. Evaluasi pendidikan sangat bergantung pada tujuan pendidikan. jika tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas, beriman, dan bertakwa, maka sistem evaluasi ynag dioperasionalkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksud.[26] Alat-alat Pendidikan dan Lingkungan Pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan untuk mendukung terlaksananya pendidikan. Sedangkan lingkungan pendidikan adalah segala seusuatu yang terdapat disekitar lingkungan pendidikan yang mendukung terealisasinya pendidikan.[27] BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Filsafat adalah suatu kegiatan berpikir secara mendalam dan menyeluruh dengan disertai tindakan sadar, teliti, dan teratur agar hakikat dari sebuah kebenaran dapat ditemukan. Filsafat pendidikan adalah suatu kegiatan berpikir kritis, bebas, teliti, dan teratur tentang masalah-masalah yang terdapat di dalam dunia pendidikan agar masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan itu sangat erat sekali dan tak bisa dipisahkan, karena filsafat memberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, pengembangan, dan meningkatkan kemajuan dan landasan yang kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan yang diharapkan. Mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalah- masalah hakiki pendidikan akan memperluas cakrawala berpikir mereka, sehingga dapat lebih arif dalam memahami problem pendidikan. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pendidik atau tenaga kependidikan, sudah sewajarnya bila mereka dituntut untuk berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir teknis di dalam memecahkan problem-problem dasar kependidikan, yaitu dengan menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial yang melekat padanya. Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah 1 Pendidik, 2 Murid atau anak didik, 3 Materi pendidikan, 4 Perbuatan mendidik, 5 Metode pendidikan, 6 Evaluasi pendidikan, 7 Tujuan pendidikan, 8 Alat-alat pendidikan, 9 lingkungan pendidikan. B. Saran Dengan mempelajari dan mengkaji tenang filsafat pendidika ini, diharapkan mulai sekarang mahasiswa lebih berpikir kritis terhadap masalah-masalah yang ada di dunia pendidikan, karena sudah sepantasnya mahasiswa pendidikan nantinya akan menjadi penerus pendidik dan filsof di dalam dunia pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2015, cet. ke-4. Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2014 cet. ke-7, Ed. Rev. Mudyahardjo, Redja, Pendidikan Ilmu Pendidikan, Bandung Rosda Karya, 2004. Abdullah Idi dan Jalaluddin, Filsafat Pendidikan, Jakarta Gaya Media Pratama, 2002 cet. ke-2. Salahudin, Anas, Filsafat Pendidikan, Bandung Pustaka Setia, 2011, cet. ke-10. Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam Jakarta Al-Husna, 1987. Noor Syam, M., Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila, Surabaya Usaha Nasional, 1988. Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Raja Grafindo Persada, 1994. hal. 21. dikutip pada hari Jumâat, 29 September 2017, pukul WIB. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung Pustaka Setia, 2005, hlm. 14. Referensi Buku [1] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2015, cet. ke-4, hlm. 4. [2] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2015, cet. ke-4, hlm. 2. [3] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2014 cet. ke-7, Ed. Rev., hlm. 3. [4] Ibid, hlm. 3. [5] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2015, cet. ke-4, hlm. 2. [6] Ibid, hlm. 3. [7] Redja Mudyahardjo, Pendidikan Ilmu Pendidikan, Bandung Rosda Karya, 2004, hlm. 3-4. [8] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta Gaya Media Pratama, 2002 cet. ke-2, hlm. 13. [9] Ibid, hlm. 13. [10] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2014 cet. ke-7, Ed. Rev., hlm. 5. [11] Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, Bandung Pustaka Setia, 2011, cet. ke-10, hlm. 22-23. [12] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam Jakarta Al-Husna, 1987, hlm. 40. [13] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta Gaya Media Pratama, 2002 cet. ke-2, hlm. 18. [14] M. Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila, Surabaya Usaha Nasional, 1988, hlm. 43. [15] Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Raja Grafindo Persada, 1994, hlm. 11-12. [16] Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Raja Grafindo Persada, 1994, hlm. 22. [17] hal. 21. dikutip pada hari Jumâat, 29 September 2017, pukul WIB. [18] Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Raja Grafindo Persada, 1994, hlm. 17. [19] Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, Bandung Pustaka Setia, 2011, cet. ke-10, hlm. 24. [20] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung Pustaka Setia, 2005, hlm. 14. [21] Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, Bandung Pustaka Setia, 2011, cet. ke-10, hlm. 24-25. [22] Ibid, hlm. 25. [23] Ibid, hlm. 25. [24] Ibid, hlm. 26. [25] Ibid, hlm. 26. [26] Ibid, hlm. 26 [27] Ibid, hlm. 26SejarahLatar Belakang Munculnya Filsafat Islam. a. Al-Kindi: Aspek Persamaan Filsafat dengan Agama. Al-kindi mempertemukan agama dengan filsafat, atas dasar pertimbangan bahwa filsafat adalah ilmu tentang kebenaran dan agama juga adalah tentang kebenaran pula, dan oleh karena itu maka tidak ada perbedaan antara keduanya.Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan the mother of sciences yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Filsafat adalah untuk mengetahui hakikat sesuatu. Namun kalau pertanyaan filosofis itu diteruskan,akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut agama. Berikut ini akan dibahas lebih rinci. Diantara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang ada dilingkungan pendidikan. Padahal menurut John Dewey, seorang filosof Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang terdapat dalam pengalaman pendidikan. Apa yang dikatakan John Dewey memang benar. Dan karena itu filsafat dan pedidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalal-persoalan pendidikan yang bersifat filosifis dan memerukan jawaban secara filosofis Disiplin ilmu pengetahuan yang lahir itu ternyataa memiliki objek dan sasaran yang berbeda-beda, yang terpisah satusama lain. Suatu disiplin ilmu pengetahuan mengurus dan mengembangkan bidang garapan sendiri-sendiri dengan tidak memperhatikan hubungan dengan bidang lainnya. Tugas filsafat adalah mengajukan pertanyaanâpertanyaan dan menyelidiki faktorâfactor realita dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan. Ajaran filsafat yang komprehensif telah menempati status yang tinggi dalamkehidupan kebudayaan manusia, yakni sebagai ideology suatu bangsa dannegara. Tujuan berfilsafat adalah membina manusia mempunyai akhlaq yang tertinggi. 1. Manusia dan Ilmu Pengetahuan Manusia adalah sebuah makhluk yang unik. Meskipun kita tahu bahwa kita adalah manusia atau mungkin tidak tahu? adalah bukan merupakan pekerjaan yang mudah untuk melukiskan apa yang unik pada manusia jika dibandingkan dengan makhluk hidup lain. Pertama-tama marilah kita lihat dari ciri biologisnya. Manusia adalah makhluk bersel banyak, metazoa, ketimbang makhluk bersel tunggal, protista. Ia juga adalah makhluk bertulang belakang, vertebrata,ketimbang makhluk tidak bertulang belakang, avertebrata. Di antara vertebrata manusia tergolong ke dalam kelompok binatang menyusui, mammalia, karena ia berdarah panas, menghirup udara, dengan kulit berbulu, dan menyusui bayinya. Lebih lanjut manusia tergolong ke dalam mammalia yang janinnya berkembang di dalam rahim betinanya, eutheria, yang menerima makanan melalui plasenta. Kemudian manusia dikelompokkan ke dalam ordo primata, yang di dalamnya termasuk lemur, tarsius, kera dan kera besar gorila, orangutan, dan simpanse. Yang membedakan manusia dengan primata lainnya adalah perilaku bipedal, berjalan dengan kedua kaki, berpostur tegak, tulang belakang berbentuk S, dan kaki yang lebih panjang dari tangan. Hanya tangan yang dapat dipakai untuk menggenggam, prehensil, dengan jempol yang besar dan bertenaga, terletak berseberangan dengan jari-jari lainnya yang memungkinkan genggaman yang kokoh. Hampir seluruh tubuh tak berbulu dan hanya ditumbuhi rambut terutama pada bagian kepala. Rahangnya pendek dengan susunan gigi melengkung. Mukanya pendek dan hampir vertikal. Otaknya relatif besar jika dibandingkan dengan makhluk lain terutama pada bagian neo-cortex. Manusia juga memiliki ciri psikologis dan tingkah laku yang unik dan membedakannya dengan makhluk lain. Perilaku manusia mudah berubah dan kurang instingtif dibandingkan dengan binatang. Manusia memiliki sifat ingin tahu, meniru, memperhatikan, mengingat dan berimajinasi, seperti yang dimiliki oleh binatang lain yang relatif maju, dan dapat mengaplikasikannya secara lebih halus dan rumit. Manusia mampu mengubah alam dengan kemampuan berpikirnya. Mereka membuat alat dan menggunakannya. Mereka sadar-diri, mampu mengingat masa lalu dan memproyeksikan masa depan, sadar akan kehidupan dan kematian. Ia mampu berpikir abstrak dan mampu menggunakan simbol, yang kelak berkembang menjadi bahasa. Mereka juga memiliki rasa keindahan, estetika, dan perasaan religius yang digambarkan dengan keheranan dan kepercayaan akan hal yang supranatural dan spiritual. Ia adalah makhluk bermoral yang mampu mengembangkan struktur kemasyarakatan yang kompleks. Di antara makhluk hidup, manusia memiliki derajat lebih tinggi. Ia memiliki sifat âingin tahuâ yang berasal dari akal budinya. Kemampuan itu tidak dimiliki makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan. Sifat keingintahuan manusia adalah ingin tahu lebih banyak akan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Sifat ini mendorong manusia untuk melakukan penelitian. Dengan penelitian tersebut, manusia dapat menjawab ketidaktahuan serta mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Seiring dengan perkembangan zaman, sifat keingintahuan manusia semakin berkembang. Hal itu dilakukan dengan cara mempelajari, mengadakan pengamatan dan penyelidikan untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya tentang makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan serta alam sekitarnya. Ilmu pengetahuan adalah warisan bersama umat manusia, bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai dengan permulaan umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa mencapai kedewasaan yang memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain-Eropa lainnya, ilmu-ilmu eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan baru menyeluruh melalui Renaissance, Abad Kebangkitan. Jika ilmu pengetahuan sejati berarti mengarahkan kecerdasan menuju kebahagian akhirat tanpa mengharapkan keuntungan materi, melakukan pengkajian tak kenal lelah dan terperinci tentang alam semesta untuk menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya, dan mengikuti metoda yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, maka ketiadaan hal-hal tersebut memiliki arti bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi harapan kita. Meskipun biasanya dikemukakan sebagai pertikaian antara Kristen dan ilmu pengetahuan, pertikaian zaman Renaissance terutama adalah antara ilmuwan dan Gereja. Copernicus, Galileo, dan Bacon [dikemukakan sebagai] anti-agama. Kenyataannya, dapat kita katakan bahwa ketaatan mereka terhadap agama telah memunculkan cinta dan pemikiran untuk menemukan kebenaran. 2. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Para Ahli Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang pemikir besar kuno 470-399 SM yang gagasan filosofis dan metode pengajarannya sangat mempengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia barat. Socrates lahir Athena, merupakan putra seorang pemahat dan seorang bidan yang tidak begitu dikenal, yaitu Sophonicus dan Phaenarete Smith, 1986 19. Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates, adalah metode diakletis. Metode ini digunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk mendorong seseorang belajar berpikir secara cermat, untuk menguji coba dirri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya. Metode ini tidak lain digunakan untuk meneruskan intelaktualitas. Dengan kata lain, tujuan pendidikan yang benar adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang terus-menerus dan standar moral yang tinggi Smith, 1986 25. Dalam pendidikan, Socrates menggunakan system atau cara berpikir yang bersifat induksi, yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal khusus. 2 Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Plato 427-347 SM Plato dilahirkan dalam keluarga aristokrasi di Athena, sekitar 427 SM. Ayahnya, Ariston, adalah keturunan dari raja pertama Athena yang pernah berkuasa pada abad ke-7 SM. Sementara ibunya, Perictions, adalah keturunan keluarga Solon, seorang pembuat undang-undang, penyair, memimpin militer dari kaum nigrat dan pendiri dari demokrasi Athena terkemuka Smith, 198629. Menurut Plato, tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorang warga Negara yang baik, masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugas-tugasnya secara efesien sebagai seorang anggota masyarakat. Menurut Plato, pendidikan direncanakan dan deprogram menjadi tiga tahap sesuai tingkat usia. Pertama, pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga hingga sampai dua puluh tahun. Kedua, dari usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun. Ketiga, dari tiga puluh tahun samapi empat puluh tahun. 3 Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles 367-345 SM Aristoteles adalah murid plato. Dia adalah seorang cendikiawan dan intelek terkemuka, mungkin sepanjang masa. Umat manusia telah berutang budi padanya oleh karena banyaknya kemajuan pemikiranya dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, khususnya logika, politik, etika, biologi, dan psikologi. Aristoteles lahir tahun 394 SM, di Stagira, sebuah kota kecil di semenanjung Chalcidice di sebelah barat laut Egea. Ayahnya, NIchomachus adalah dokter perawat Amyntas II, raja Macedonia, dan ibunya, phaesta mempunyai nenek moyang terkemuka. Menurut Aristoteles, agar orang bisa hidup baik maka ia harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi bingbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi,yaitu akal, guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan perasaan yang lebih tinggi agar di arahkan secara benar. Aristoteles mengemukakan bahwa pendidikan yang baik itu yang mempunyai tujuan tujuan untuk kebahagiaan. Kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif Barnadib. 199472. Jadi jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai dengan perputaran dan perubahan zaman. SUMBER 2. Diposkan oleh Fethullah GĂÂŒlen Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Darussalam Ciamis Jawa Barat Keyword Filsafat Pendidikan, Makalah Filsafat Pendidikan, Tugas Filsafat Pendidikan, Pengertian Filsafat Pendidikan, Philosophy of Education. Filsuf pendidikan penting lainnya selama abad ke-20 termasuk Maria Montessori dari Italia (1870 - 1952), Jean Piaget Swiss (1896 - 1980) dan Neil Postman Amerika (1931 - 2003). source. ï»żBAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahKetika berbicara pendidikan maka kita akan berbicara mengenai definisi pendidikan. Pendidikan merupakan aktivitas rasional yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga âbelajarâ tetapi lebih ditentukan oleh instingnya. Manusia belajar dengan otaknya melalui rangkaian kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan yang lebih merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa itu, pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia, manusia yang melupakan pendidikan bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat di tangannya. Pendidikan memberikan banyak arti bagi kehidupan manusia di dalam kehidupannya. Karena itulah manusia mempelajari filsafat pendidikan, landasan filsafat pendidikan perlu di kuasai oleh para pendidik, karena pendidikan bersifat normative. Selain itu , pendidikan tidak hanya di pahami melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang secara holistik, adapun kajian pendidikan secara holistik dapat dilakukan melalui pendekatan berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme , Pragmatisme dan sebagainya. Pemahaman tentang filsafat pendidikan ini akan membantu kita agar tidak terjerumus ke dalam filsafat lain yang menjerumuskan kita, di samping itu, dengan mempelajari filsafat pendidikan berguna memperkokoh landasan Filsafat pendidikan kita. Oleh karena itu akan kami bahas lebih dalam tentang filsafat pendidikan, latar belakang dan seluk Rumusan MasalahDari latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka rumusan masalah untuk makalah ini adalah sebagai berikut1. Bagaimana pengertian filsafat pendidikan?2. Bagaimana yang dimaksud filsafat sebagai induk pengetahuan?3. Bagaimana yang dimaksud pendidikan sebagai cabang ilmu dari filsafat?4. Bagaimana dorongan sejarah filsafat yunani terhadap filsafat pendidikan?BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Filsafat PendidikanDefinisi Filsafat secara Etimologis yaitu philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari atas philo dan shophia, dalam bahasa arab disebut falsafah. Philo artinya cinta, Sophia kebijaksanaan. Menurut Poedjawinata, philo artinya cinta, dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang dinginkan itu. Sedangkan sophia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang Dengan demikian secara etimologis, philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat Ciceros 106-43 SM penulis Romawi, orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras 497 SM, sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya âAhli pengetahuanâ. Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup karena itu, datangnya kebijaksanaan bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan kata lain dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada di sekeliling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak pendidikan adalah manusia, yang mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sangat kompleks tersebut, tidak ada satu batasan yang bisa menjelaskan Hakikat pendidikan secara lengkap. Batasan yang diberikan para ahli beraneka ragam, karena orientasi, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau falsafah yang mendasarinya juga Ki Hajar Dewantara, Hakikat pendidikan ialah proses penanggulangan masalah-masalah serta penemuan dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta masyarakat yang berlangsung seumur hidup. Pada tingkat permulaan pendidik lebih menentukan dan mencampuri pendidikan peserta didik. Setelah itu pendidik hanya sebagai pengasuh yang mendorog, membimbing, memberi teladan, menuntun serta menyediakan dan mengatur kondisi untuk membelajarkan peserta didik sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang mampu memperbaharui diri secara terus menerus dan aktif menghadapi lingkungan itu terlihat pada semboyan dan perlambangan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu, "ing ngarso sung tuludo" artinya kalau pendidik berada dimuka, ia memberi teladan kepada pendidiknya; ing madya mangun karso artinya kalau pendidik berada di tengah, dia membangun semangat berswakarya dan berkreasi pada peserta didiknya; dan tut wuri handayani artinya kalau pendidik berada di belakang, dia mengikuti dan mengarahkan peserta didiknya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggungjawab serta mencari jalan menurut Plato, Filsuf Yunani yang hidup dari tahun 429 SM- 346 mengatakan bahwa âPendidikan itu ialah membantu perkembangan masing- masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan.â Sedangkan menurut Aristoteles, Filsuf terbesar Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang dilahirkan pada tahun 384 SM-322 SM mengatakan bahwa âPendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran.âPemerintah, dalam UU Sisdiknas Tahun 2003 menyebutkan bahwa âPendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negaraâ Pasal 1 ayat 1 UU Tahun 2003.Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan yang mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. Masalah filsafat umum antara lain tentang hakikat hidup yang baik, hakikat manusia yang ingin menerima pendidikan, hakikat masyarakat yang menjalani proses sosial, dan hakikat realitas akhir yang ingin dicapai semua Kneller dalam Sadulloh, 200872 filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat spekulatif, preskriptif, dan analitik. Dikatakan spekulatif karena berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia yang sangat bermanfaat dalam menafsirkan data sebagai hasil penelitian sains yang berbeda. Dikatakan preskriptif bila filsafat pendidikan menentukan tujuan- tujuan yang harus diikuti dan dicapainya, dan menentukan cara-cara yang tepat dan benar untuk digunakan dalam mencapai tujuan. Filsafat pendidikan dikatakan analitik bila ingin menjelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan preskriptif seperti menguji rasionalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan pendidikan, dan bagaimana konsistensinya dengan gagasan Filsafat Sebagai Induk Ilmu PengetahuanPengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu- ragu dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai berikutï§ Plato 427 â 348 SM, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asliï§ Aristoteles 382 â 322 SM, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika.ï§ Al Kindi 801 M, filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusiaï§ Al Farabi 870 â 950 M, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikat sebenarnya.ï§ Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut1. Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan, pemikiran pengetahuan, sifat alam Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang Ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi4. FalsafahTujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran- penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu 1apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah logika; 2 mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk etika; 3apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek estetika.Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang- cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup1. Epistemologi Filsafat Pengetahuan2. Etika Filsafat Moral3. Estetika Filsafat Seni4. Metafisika5. Politik Filsafat Pemerintahan6. Filsafat Agama7. Filsafat Ilmu8. Filsafat Pendidikan9. Filsafat Hukum10. Filsafat Sejarah11. Filsafat MatematikaIlmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu Pendidikan sebagai Cabang Ilmu dari FilsafatSebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi- potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu 1 Filsafat Praktek Pendidikan dan 2 Filsafat Ilmu Praktek Pendidikan diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan. Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara konsepsional diartikan sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset baik kuantitatif maupun dalam Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 tiga masalah pokok yaitu 1 apakah sebenarnya pendidikan itu; 2 apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya dan 3 dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai, maka dalam Filsafat Ilmu Pendidikan membahas mengenai 1 struktur ilmu dan 2 kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan tentang dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 empatmacam yaitu1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi Ilmu Pendidikan2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan material Ilmu Pendidikan3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pengetahuan4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis Ilmu PendidikanPendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam, sehingga diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran Dorongan Sejarah Filsafat Yunani terhadap Filsafat PendidikanBanyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang berperadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea Israel atau Mesir. Jawabannya sederhana di Yunani, tidak seperti di daerah lainnya, tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih perkembangannya, filsafat Yunani sempat mengalami masa pasang surut. Ketika peradaban Eropa harus berhadapan dengan otoritas Gereja dan imperium Romawi yang bertindak tegas terhadap keberadaan filsafat di mana dianggap mengancam kedudukannya sebagai penguasa ketika Yunani kembali muncul pada masa Filsafat Yunani kembali muncul pada masa kejayaan Islam dinasti Abbasiyah sekitar awal abad 9 M. Tetapi di puncak kejayaannya, dunia filsafat Islam mulai mengalami kemunduran ketika antara para kaum filsuf yang diwakili oleh Ibnu Rusyd dengan para kaum ulama oleh Al-Ghazali yang menganggap filsafat dapat menjerumuskan manusia ke dalam Atheisme bergolak. Hal ini setelah Ibnu Rusyd sendiri menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli atau mistikus abad ke-13, peradaban filsafat Islam benar-benar mengalami kejumudan setelah kaum ulama berhasil memenangkan perdebatan panjang dengan kaum filsuf. Kajian filsafat dilarang masuk kurikulum pendidikan. Pemerintah mempercayakan semua konsep berfikir kepada para ulama dan ahli tafsir agama. Beriringan dengan itu, di Eropa, demam filsafat sedang menjamur. Banyak buku- buku karangan filsuf muslim yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Ini sekaligus menunjukkan bahwa setelah pihak gereja berkuasa pada masanya dan sebelum peradaban Islam mulai menerjemahkan teks-teks aristoteles dan lain sebagainya oleh Al Kindhi, di Eropa benar-benar tidak ditemukan lagi buku-buku filsafat hasil peradaban kebetulan atau tidak, ketika filsafat di dunia Islam bisa dikatakan telah usai dan berpindah ke Eropa, peradaban Islampun mengalami kemunduran sementara di Eropa sendiri mengalami masa yang disebut sebagai abad Renaissance atau abad pencerahan, pada sekitar abad ke-15 M. Tapi tidak demikian halnya dalam komunitas gereja. Periode ini juga menghantarkan dunia kristen menjadi terbelah. Doktrin para pendeta katolik terus mendapatkan protes dari kaum permulaan filsafat pendidikan berkembang dalam tingkat humanisme relativistik, humanisme ilmiah, dan humanisme literer. Humanisme relativistik memandang kebenaran tak dapat dicapai, akhirnya penampakan kebenaran dapat berlaku sebagai kebenaran itu sendiri. Opini harus didukung oleh argumentasi yang lebih baik. Humanisme ilmiah memandang pengetahuan mungkin bukan kebajikan, tetapi pengetahuan adalah suatu fondasi yang esensial untuk tingkah laku etis. Sedangkan humanisme literer memandang pendidikan dapat menjadikan orang-orang yang berkebajikan secara alamiah lebih efektif dan memproduksi orator yang sempurna âseseorang yang baik yang terampil berbicara.â Dari ketiga pemikiran ini tampaknya yang kuat menjadi pijakan filsafat pendidikan adalah humanisme relativistik ditokohi oleh para filsuf seperti Protagoras 481- 411 Gorgias 483 Prodicus 473 dan lain-lain. Pemikiran yang mereka terapkan dalam dunia pendidikan berhubungan dengan usaha mendidik warga negara keturunan yang baik untuk memegang senjata guna pertahanan Negara. Hanya saja sistem pendidikan itu tertuju bagi warga negara yang sudah mapan yang dipersiapkan untuk menempati barisan penguasa di Athena. Namun, banyak penduduk Athena mengkritik keangkuhan intelektual dan kelancangan filosofi pendidikan moral dan ketidakpastian intelektual para filsuf yang relativistik diselamatkan oleh Plato, murid Socrates, yang membangun fondasi pertama filsafat pendidikan dan menamakannya dengan humanisme ilmiah. Humanisme ilmiah mengutamakan kebenaran dan kebajikan. Kebenaran atau kebajikan tidak merupakan faktor kebetulan dari waktu dan tempat, keduanya berdiri di atas bantuan ilmu dan pikiran humanisme ilmiah Plato diadopsi oleh muridnya yang termasyhur, Aristoteles 384-322 Kenyataannya, Aristoteles menyimpang dari idealisme filosofis Plato dan menemukan kebenarannya lebih sebagai hasil pencapaian intelektual. Kebenaran Plato adalah spiritual dan rasional, kebenaran Aristoteles adalah material dan eksperimental. Namun, humanisme ilmiah keduanya didukung oleh satu dasar yang sehat, yaitu untuk mendidik literer mempunyai komitmen pada kesamaan pendapat yang satu sama baiknya dengan pendapat yang lain. Paham ini mempertaruhkan pendidikan pada kekuatan argumentasi yang lebih baik. Kehidupan sosial politik harus dibentuk oleh orang-orang yang mampu menggunakan kata-kata secara persuasif. Tokoh filsafat yang memperhatikan pola persuasif itu adalah Socrates yang mempertajam kemampuan oratorinya dengan meniti karir menulis IIIPENUTUPA. KesimpulanFilsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan yang mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat spekulatif, preskriptif, dan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu- ragu dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan PUSTAKAArbi, Sutan Zanti. 1988. Pengantar Kepada Filsafat Depdikbud Dikti Muhammad. 2016. filsafat pendidikan. Jogjakarta Valia Ahmad. 2015. Filsafat Umum akal dan hati sejak Thales sampai Remaja Rosda Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung Alfabeta. diakses 1oktober 2019*Sumber
Filsafatpendidikan adalah filsafat yang memikirkan masalah kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat diartikan sebagai teori pendidikan. Dengan segala tingkat karena dengan memahami filsafatnya, orang akan dapat mengembangkan secara konsisten ilmu-ilmu pengetahuan yang di pelajari.
Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Docx makalah latar belakang munculnya filsafat pendidikan merupakan desain gambar wallpaper HD gratis yang diunggah oleh seorang fotografer dan ahli desain grafis terbaik di indonesia. Pada halaman ini kami juga memiliki berbagai gambar menarik dengan format PNG, JPEG, JPG, BMP, GIF, WebP, TIFF, PSD, EPS, PCX, CDR, AI, logo, icon, vector, hitam dan putih, transparan, dll. Semua konten yang tersedia bersumber dari seluruh situs penyedia gambar di indonesia. Silahkan Unduh foto atau gambar ini dalam resolusi HD dengan cara klik "Tombol Download" dibawah-nya. Jika Anda tidak menemukan resolusi sesuai dengan apa yang Anda cari, maka pilihlah resolusi asli atau yang lebih tinggi. Terima kasih sudah berkunjung, jangan lupa untuk bookmark makalah latar belakang munculnya filsafat pendidikan using Ctrl + D PC atau Command + D macos. Jika Anda menggunakan ponsel, Anda juga dapat menggunakan menu simpan halaman melalui browser. Sistem Operasi apapun yang digunakan baik itu Windows, Mac, iOs atau Android dapat mengunduh gambar menggunakan tombol download. Makalah Filsafat Pendidikan Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Seluk Beluk Dan Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Makalah Filsafat Aliran Modern Pdf Aliran Aliran Filsafat Pendidikan Islam Arian Sahidi Inspiratif Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Makalah Filsafat Pendidikan 2 393419883 Makalah Al Thusi Ibn Maskawaih Docx Doc Makalah Aliran Aliran Filsafat Pendidikan Nabila Filsafat Pendidikan Latar Belakang Munculnya Filsafat Makalah Aliran Aliraan Filsafat Pendidikan Docx .